Kamis, 02 Desember 2010

KEBIASAAN MENGISAP JARI YANG TIDAK LAZIM PADA PASIEN DENGAN CELAH BIBIR DAN PALATUM

Abstrak:
Mengisap jari, sebuah bentuk kebiasaan mengisap non-nutritif, merupakan kebiasaan yang menjadi perhatian dalam berbagai bidang spesialisasi, seperti psikiater, ahli psikologis, pediatrik, orthodontis, speech pathologist, dan bedah plastik. Kebiasaan ini dapat menghasilkan tekanan yang tidak seimbang pada ridge alveolar yang belum tumbuh sempurna. Kebiasaan mengisap telah diketahui dapat mempengaruhi karakteristik oklusi dan ridge gigi. Pada awal 1870, Campbell dan Chandler mengatakan bahwa kebiasaan mengisap jari atau ibu jari dalam jangka lama dapat memberikan pengaruh buruk pada karateristik oklusal tertentu meliputi open bite anterior, peningkatan over jet, dan hubungan molar dan kaninus klas II. Namun, masih sangat sedikit informasi mengenai kebiasaan mengisap jari dan pengaruhnya pada celah bibir dan palatum serta masih belum ada literatur yang melaporkan mengenai kebiasaan mengisap jari pada pasien celah bibir.
Kata kunci
Mengisap jari pada pasien celah bibir dan palatum, mengisap jari pada anak cacat jasmani.

Pendahuluan
Kebiasaan merupakan pola kontraksi muskular dan dapat menjadi bagian dari perkembangan normal, atau merupakan gejala berdasarkan psikologis atau disebabkan oleh karena pertumbuhan fasial yang abnormal. Kebiasaan mengisap non-nutritif yang berkepanjangan dilaporkan dapat menyebabkan perubahan dalam ukuran lengkung gigi tertentu seperti penurunan lebar lengkung rahang atas dan peningkatan lebar lengkung rahang bawah, dengan disertai prevalensi cross bite posterior yang lebih tinggi. Pada subjek dengan kebiasaan mengisap non-nutritif yang berlanjut hingga 48 bulan atau lebih dapat menyebabkan perubahan pada lengkung gigi dan karakteristik oklusal, anak-anak dengan durasi mengisap yang lebih singkat juga telah terdeteksi. Oleh sebab itu sebaiknya disarankan untuk melakukan pemeriksaan meskipun pada subjek dengan durasi mengisap jari yang singkat.
Meskipun kebiasaan mengisap jari merupakan kebiasaan umum, belum terdapat laporan dalam literatur mengenai jenis pengisapan jari pada pasien celah bibir dan palatum maupun yang mengklasifikasikannya dalam oral habit. Dalam paragraf selanjutnya, kami melaporkan kasus khusus mengisap jari pada anak dengan kondisi cacat jasmani berupa celah bibir dan palatum unilateral (Gambar 1).
Gambar 1. Pasien dengan celah bibir dan palatum unilateral
Gambar 2. Kebiasaan mengisap jari.
Gambar 3. Pencetakan yang dilakukan dengan greenstick.
Laporan Kasus
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dirujuk pada Department of Pedodontics and Preventive Dentistry, KVG Dental College and Hospital, Sullia, dengan celah bibir dan palatum unilateral. Tidak terdapat riwayat perawatan atau pembedahan sebelumnya. Pasien memiliki kesulitan dalam makan dengan infeksi regurgitation dan resporatori. Anak tersebut memiliki berat badan 6.2 kg dan tidak menunjukkan malnutrisi. Pemeriksaan intraoral menunjukkan celah bibir dan palatum dengan jarak yang cukup lebar antara bagian alveolar. Pemeriksaan dan riwayat lanjut menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki kecenderungan untuk meletakkan jarinya ke dalam rongga mulut dan mengisapnya. Kebiasaan mengisap jari tersebut telah terjadi sejak lahir dan anak tersebut telah terbiasa untuk meletakkan jari tengah dan jari manis ke dalam rongga mulut dan jari telunjuk pada hidung pada saat mengisap jari (Gambar 2).
Untuk meningkatkan estetik dari koreksi bibir, direncanakan untuk melakukan pencetakan celah pra-pembedahan ortopedi, sehingga dapat membentuk lebih banyak celah dengan bentuk ridge alveolar yang lebih ideal, sehingga dapat menghilangkan tegangan setelah pembedahan bibir. Selain itu, berkurangnya ukuran celah alveolar dapat menghilangkan kebutuhan graft tulang pada tahap geligi bercampur. Deformitas ini dikarakterisasi oleh cartilage nasal alar yang datar pada sisi celah yang miring ke arah celah alveolar.
Naso Alveolar Molding (NAM) direncanakan untuk mengurangi ruang antara celah dan untuk mencetak deformitas nasal sebelum pembedahan bibir yang telah tertunda. Pencetakan awal defek dilakukan menggunakan greenstick (Gambar 3) dan model dicor. Model menunjukkan defek memerlukan NAM dengan lebar 17 mm.
NAM dilanjutkan selama dua bulan dimana ukuran defek telah berkurang menjadi 14 mm. Nasal stent, yang terdiri dari lengkung kawat ortodontik untuk menghasilkan triad ball kecil untuk mencerminkan bentuk nostril dibuat dan disesuaikan sekali seminggu dengan meningkatkan kawat dan nasal ala sedikit diangkat (Gambar 4). Namun kebiasaan mengisap jari masih tetap ada meskipun alat dilepaskan, yang dapat menyebabkan terjadinya pelebaran kembali celah yang telah menutup pada saat pasien tersebut meletakkan lidah atau tangannya.
Pasien menjalani operasi penutupan bibir menggunakan prosedur Millard dan penyembuhan yang terjadi cukup baik dan pasien dipanggil untuk memeriksa bahwa kebiasaan mengisap sudah tidak dilakukan lagi setelah pembedahan (Gambar 5).
Gambar 4. Pasien dengan alat NAM
Gambar 5. Postoperatif


Diskusi
Proses mengisap dapat tampak pada minggu ke-29 kandungan dan merupakan aktivitas koordinasi muskular yang pertama pada bayi. Maka sangat penting untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan nutrisional pada saat menyusui dan terpisah dari kebiasaan nutrisional anak yang disebabkan oleh kesenangan dari mengisap bibir, lidah, dan mukosa mulut. Bayi biasanya menyusui untuk waktu yang cukup lama untuk mendapatkan makanan sehingga memuaskan keinginan mengisap. Etiologi kebiasaan mengisap jari disebabkan oleh karena kurangnya kebutuhan psikologis dan nutritif sealam menyusui dan sebab itu anak tersebut mengisap jari untuk kepuasan tambahan.
Pasien ini tidak menyusui karena kurangnya air susu pada ibu dan ketidaknyamanan menyusui karena regurtitasi dan ketidakpuasan mengisap dapat mendorong anak tersebut untuk mengisap jari. Sebab itu, kebiasaan tersebut dapat disebabkan untuk menghilangkan keinginan untuk mengisap dan jari berperan sebagai palatum artifisial.
Hubungan antara kebiasaan mengisap non-nutritif dan kelainan oklusal telah diteliti secara luas dan dapat menyebabkan maloklusi tertentu pada geligi desidui dan hubungan kaninus dan molar klas II. Prevalensi ini meningkat seiring peningkatan durasi. Meskipun banyak penelitian menunjukkan konsekuensi dari kebiasaan mengisap non-nutritif pada geligi desidu, namun, kebanyakan penelitian tersebut hanya menggunakan desain cross sectional. Hubungan antara kedua masalah ini sulit dibuktikan.
Meskipun mengisap jari sangat sering ditemukan pada masa pertumbuhan dan berlanjut hingga tahun kedua, namun kebiasaan ini memerlukan intervensi karena kebiasaan ini memberikan pengaruh buruk pada hasil perawatan celah bibir dan palatum. Hasil dari beberapa penelitian electromyography menunjukkan bahwa otot circumoral yang aktif selama mengisap jari dapat memberikan tekanan pada pipi pada regio kaninus. Pasien ini memiliki tekanan tambahan pada otot pada saat mengisap jari, koreksi celah bibir dan palatum juga dapat mengurangi crossbite, yang dapat merubah hasil perawatan. Sebab itu, kasus ini memerlukan perhatian khusus karena penggunaan metode perawatan reparatif.
Penelitian electromyography yang dilakukan pada otot mastikasi pada pasien yang menjalani operasi celah bibir dan palatum unilateral menunjukkan fungsi otot yang berbeda dibandingkan pada pasien yang tidak menjalani operasi. Pasien yang menjalani operasi celah bibir dan palatum menunjukkan nilai aktivitas EMG tertinggi pada otot superios orbicular oris dengan penutupan bibir abnormal. Sebab itu kebiasaan ini harus dihentikan setelah pembedahan karena perbedaan adaptabilitas dan fungsi otot.

1 komentar:

  1. Playtech Slots - Review and Ratings - Wooricainos
    Playtech slots can be considered to be the most innovative and reliable casino 해외 토토 사이트 operators out there. 해외 토토 We're also very impressed with the features 크롬 번역기 of the 888스포츠 games 포커 페이스

    BalasHapus